PENGENDALIAN RAYAP

Karakteristik rayap seperti jenis rayap, habitat rayap, cara menyerang dari rayap itu. Selain itu, tanda-tanda serangan rayap harus diperhatikan saat akan melakukan upaya pencegahan dan dan pengendalian serangan rayap.(Kurnia, 2005)

PENGENDALIAN RAYAP

Tanda-tanda adanya keberadaan rayap di lingkungan sekitar rumah dapat dilihat dari ditemukannya liang kembara (tunnel) atau lubang kecil pada permukaan kayu, terdapat kerusakan kayu, ditemukan adanya laron (hidup/mati), adanya tumpukan pellet (drywood termite), adanya tumpukan serpihan kayu bekas gerekan (carpenter ants).(www.javapestrol.com)

1.   Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan dilakukan sebelum bangunan berdiri(pra konstruksi). Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dari rayap, yaitu:
a.   Menghindari adanya bahan berkayu di sekitar lahan yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan.
Bahan berkayu seperti tunggak pohon atau serasah yang ada di lahan proyek harus dihilangkan karena bisa menjadi sumber infeksi rayap tanah. (Kurnia, 2005)
b.   Menggunakan kayu yang awet atau kayu yang telah diawetkan sebagai bahan bangunan.
Penggunaan kayu yang awet maupun kayu yang telah diawetkan dapat mencegah terjadinya serangan rayap. Jenis-jenis kayu yang awet antara lain adalah kayu jati, ulin, dan merbau namun harganya sangat mahal dan sulit didapatkan. Sebagai alternatif lain, dapat digunakan kayu yang sengaja diawetkan. Pengawetan kayu dapat dilakukan dilakukan dengan memberikan perlakuan secara kimia maupun fisik dengan tujuan membuat kayu menjadi lebih awet. (Kurnia, 2005)
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengawetkan kayu antara lain:
1)  Pelaburan dan penyemprotan bahan pengawet
Pengawetan dilakukan dengan cara melaburkan atau menyemprotkan bahan pengawet ke permukaan kayu yang telah dikeringkan. Untuk kayu yang dipasang pada bagian bawah atap bisa diawetkan dengan menggunakan garam pengawet seperti garam Wolman. Sedangkan untuk kayu yang dipasang pada bagian luar bangunan bisa diawetkan dengan menggunakan bahan pengawet larut minyak seperti Kreosoft.(Kurnia, 2005)
2)  Perendaman kayu
Metode pengawetan ini dapat dilakukan dengan merendam kayu dalam larutan bahan pengawet selama dua minggu. Melalui cara ini, kandungan selulosa atau pati kayu(sumber makanan rayap) akan berkurang karena terlarut selama proses perendaman terjadi. Cara ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat yang biasa merendam kayu atau bambu pada lumpur sungai. (Kurnia, 2005)
Saat ini telah dikenal dua teknik perendaman, yakni perendaman dingin dan perendaman panas dingin. Perendaman dingin dilakukan dengan cara merendam kayu di dalam larutan bahan pengawet yang terlarut dalam minyak pada suhu kamar 280C selama beberapa hari. Perendaman panas dingin dilakukan dengan cara merendam kayu di dalam larutan bahan pengawet panas lebih dulu, kemudian dimasukkan ke dalam larutan bahan pengawet dingin. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum diawetkan, kayu harus dikeringkan terlebih dulu dengan tujuan agar bahan pengawet lebih mudah masuk. (Kurnia, 2005)
3)  Pencelupan
Proses pengawetan kayu dengan metode ini dilakukan dengan cara mencelupkan kayu ke dalam bahan pengawet(biasanya larutan dari senyawa boron atau fluor) selama beberapa menit. Untuk kayu yang akan diawetkan sebaiknya sudah dalam keadaan kering sebelum diawetkan. (Kurnia, 2005)
c.  Memasang penghalang fisik
Bahan yang dapat digunakan sebagai penghalang fisik antara lain  gravel, pasir, perlit, granit, dan basalt dengan ukuran tertentu. Bahan-bahan ini dapat digunakan untuk konstruksi bangunan seperti pondasi maupun dinding bangunan. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan gravel berukuran 1,4-2,4 mm dapat menahan penetrasi atau masuknya rayap tanah Coptotermes formosanus. Sedangkan perlit yang berukuran 1,4-1,7 mm dapat menahan penetrasi rayap tanah Coptotermes curvignathus. (Kurnia, 2005)
d.  Melindungi bangunan dengan Termitisida
Untuk melindungi bangunan dari serangan rayap dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan termitisida pada bagian pondasi bangunan. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada tanah di sekitar bangunan (soil treatment) pada bagian bawah dan sekitar pondasi. Jenis termitisida yang digunakan untuk soil treatment adalah jenis termitisida yang lebih persisten(tahan terhadap pencucian) serta memiliki kecocokan dengan tanah. (Kurnia, 2005)
2.   Upaya Pengendalian
Upaya pengendalian dilaksanakan setelah terjadi serangan dari rayap dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya kerusakan. Untuk melaksanakan upaya pengendalian perlu diperhatikan karakter rayap yang menyerang, kondisi objek yang diserang, dan kondisi lingkungan di sekitar lokasi. (Kurnia, 2005)
Saat ini terdapat beberapa teknik yang berbeda untuk mengendalian rayap, seperti :
a.   Pengendalian serangan rayap perusak pada bangunan.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mengendalikan serangan rayap pada bangunan antara lain dengan:
1)  Pemeriksaan areal
Pemeriksaan difokuskan pada tempat yang diserang oleh rayap agar dapat diketahui jenis rayap yang menyerang dan diketahui teknik pengendalian yang tepat. Pemeriksaan dilakukan pada tempat-tempat yang lembab, ruangan di bawah atap bangunan dan sekitarnya. Pemeriksaan ini juga memiliki tujuan agar diketahui ada tidaknya akar pohon yang menembus pondasi bangunan. (Kurnia, 2005)
2)  Perlakuan pada tanah(soil treatment)
Perlakuan ini dilakukan dengan melakukan pengeboran pada pondasi yang biasanya telah tertutup ubin, semen, atau keramik. Lubang bor digunakan untuk memasukkan larutan termitisida yang memiliki daya residual tinggi hingga jenuh. (Kurnia, 2005)
3)  Perlakuan pada pondasi bangunan
Bagian tanah yang berada di bagian luar pondasi digali sedalam 40 cm, kemudian larutan termitisida yang memiliki daya residual tinggi dimasukkan dengan menggunakan injektor. Setelah selesai, galian tanah ditutup dengan tanah yang sudah dibasahi atau bisa juga dengan tanah yang dicampuri termitisida. (Kurnia, 2005)
4)  Fumigasi
Fumigasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan rayap jenis kayu kering. Fumigasi perlu dilakukan secara berulang pada periode tertentu karena hasilnya relatif kurang permanen. (Kurnia, 2005)
5)  Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan kelembaban
Pengendalian ini dilakukan untuk mengendalikan serangan rayap kayu basah karena jenis rayap ini menyukai tempat yang lembab. Setelah dilakukan tindakan ini, dapat dilanjutkan dengan pengendalian soil treatment. (Kurnia, 2005)
6)  Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah
Kayu yang telah diserang harus segera diganti atau dibakar dengan menggunakan kayu yang telah diawetkan. (Kurnia, 2005)
b.   Pengendalian serangan rayap perusak tanaman
Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mencegah rayap masuk ke dalam tanaman, mengurangi jumlah rayap yang ada di areal tanaman, dan membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan rayap. (Kurnia, 2005)
1)  Pengendalian secara kimia
a)  Penyemprotan
Larutan termitisida disemprotkan pada tanaman yang terserang dengan menggunakan power spraying.
b)  Injeksi batang tanaman
c)  Larutan termitisida diinjeksikan pada batang tanaman yang telah terserang tapi sebelumnya dilakukan pengeboran pada batang tanaman tersebut.
d)  Penyiraman larutan termitisida di sekitar akar tanaman
Teknik ini bertujuan untuk mencegah rayap masuk ke dalam tanaman. Sebelumnya dibuat parit dengan jarak 50 cm dari batang dengan kedalaman parit 15 cm. Setelah itu larutan termitisida sebanyak 2,5-4 liter/meter dimasukkan ke dalam parit secara merata. (Kurnia, 2005)
e)  Pembasmian sarang rayap
Termisida yang umum dipakai untuk teknik ini adalah termitisida  cair atau fumigan. Termitisida ini langsung dimasukkan ke dalam sarang rayap. (Kurnia, 2005)
2)  Pengendalian secara Non-kimia
a)   Teknik budi daya
Teknik ini dilakukan dari persiapan lahan, pengolahan tanah, pemilihan jenis tanaman hingga pemeliharaan tanaman. Lahan sekitar tanaman harus bebas dari sisa kayu atau serasah dan juga dijaga kelembabannya. (Kurnia, 2005)
b)   Sanitasi dan pengendalian mekanik
Pengendalian ini dilakukan dengan merusak sarang rayap agar memudahkan musuh alami rayap untuk masuk. (Kurnia, 2005)
c)  Pengendalian hayati
Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan musuh alami dari rayap(predator, parasit dan patogen). (Kurnia, 2005)
c.   Pengendalian serangan rayap perusak pada arsip, buku dan dokumen
Pengendalian yang tepat untuk menanggulangi serangan rayap dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1)  Memeriksa secara akurat untuk mengetahui karakteristik rayap.
2)  Melakukan pengabutan termitisida dengan alat pengabut.
3)  Melakukan fumigasi dengan pemakaian termitisida yang mengeluarkan gas beracun yang dapat membunuh rayap.
4)  Menyemprotkan larutan termitisida ke dalam ruangan tempat arsip, buku, dan dokumentasi yang  terserang rayap perusak. (Kurnia, 2005)
3.   Penggolongan Termitisida
Termitisida sebagai pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga terbagi menjadi beberapa golongan. Pembagian termitisida tersebut didasarkan pada unsur kimia, cara bekerja, bentuk formulasi, daya racun dan juga cara pemakaian dan waktu penggunaannya. (Kurnia, 2005)
Berikut ini adalah uraian tentang jenis-jenis termitisida:
a.   Berdasarkan unsur kimia
1)  Termitisida organik yang berasal dari tanaman, seperti pyrethin, nikotin, rotenone.
2)  Termitisida anorganik yang berasal dari mineral, seperti boron, arsen, tembaga, seng dan timah.
3)  Termitiisida sintetis organik yang mengandung karbon, hidrogen, klorin, fosfor, dan nitrogen.
4)  Termitisida yang berasal dari mikroorganisme, seperti virus, jamur, dan bakteri. (Kurnia, 2005)
b.   Berdasarkan cara bekerja
1)  Sterilants yaitu termitisida yang dapat mencegah perkembangbiakan rayap.
2)  Protectans yaitu termitisida yang dapat melindungi bahan dari serangan rayap.
3)  Racun perut, yaitu termitisida yang dapat nembunuh rayap melalui pencernaannya.
4)  Racun kontak, yaitu termitisida yang dapat membunuh rayap melalui kontak atau sentuhan.
5)  Sistemik yaitu termitisuda yang dapat membasmi rayap perusak melalui darah atau zat cairan pada tanaman.
6)  Fumigan yaitu termitisida yang dapat mengendalikan rayap melalui pernapasannya. (Kurnia, 2005)
c.   Berdasarkan bentuk formulasi
Termitisida mengandung zat kimia murni yang digunakan sebagai unsur aktif untuk membasmi rayap. Untuk formulasi termitisida terdiri atas formulasi padat dan juga formulasi cair. (Kurnia, 2005)
d.   Berdasarkan daya racun
Daya racun yang dimiliki termitisida sangat beragam. Dosis termitisida harus diperhatikan agar pengendalian menjadi efektif, tepat sasaran, dan relatif tidak merugikan. (Kurnia, 2005)
e.   Berdasarkan cara pemakaian dan waktu penggunaan
Cara aplikasi dan waktu penggunaan jenis termitisida berbeda-beda, dan harus memperhatikan beberapa faktor antara lain:
1)  Keadaan tanah dan kandungan unsur organik
2)  Faktor cuaca seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya.
3)  Adanya reaksi kimia antara termitisida dengan lingkungan. (Kurnia, 2005)

Post a Comment for "PENGENDALIAN RAYAP"